Kota Tua dan Ciuman

- Oleh Uripa

(Foto: dokumen pribadi) 

"Bagaimana jika senja tidak pernah ada?" Kataku. 

Kau tersenyum. 

Langit tidak pernah pergi
Ribuan langkah datang lalu menghilang. 
Di sudut kota yang ramai dan gedung tua yang bisu
Kita duduk di antara gemuruh musik dan derap kaki lalu lalang.
Sesekali, kau usap rambutku di sela lipatan kerudung
Kau menangkap mataku yang diam-diam menyimpan banyak tanya. 

Kau kembali tersenyum.

Sore tenggelam perlahan
Waktu berjalan sangat lamban

"Bagaimana takdir bekerja?" Bisikmu. 

Aku tersenyum. 

Kita tidak pernah tahu takdir bekerja seperti apa?
Semesta selalu memberi jawaban sekaligus pertanyaan baru.

Di sudut-sudut jalan, secangkir kopi dan potret wajah bingkai senja di kota tua yang bising
Gelap mulai menyapa, bulan bersiap menaiki tangga langit
Malam terlalu indah untuk pertunjukan yang berwarna 
Ciuman manis sepasang kekasih, 
dan iringan lagu romantis menjadi penyempurna cerita kita. 

Kau dan aku tertawa. 

Jakarta, 13 Desember 2019

Comments

Popular Posts