Dunia Yang Sakit
- Oleh Uripa
Malam ini tenang tapi ketegangan menyelinap pada celah-celah jendela, merasuk.
Sayang, dunia tak lagi absurd. Kataku.
Chaos telah tumbuh dalam benih-benih kehidupan.
Terbawa udara dan berhamburan di dalam dan luar.
Terbawa udara dan berhamburan di dalam dan luar.
Kau diam, aku kembali bertanya.
Mengisi ruang-ruang kosong dalam gelap perca hatimu.
"Apakah kita semua akan baik-baik saja?."
Mengisi ruang-ruang kosong dalam gelap perca hatimu.
"Apakah kita semua akan baik-baik saja?."
Kau, masih saja membisu.
"Logika sudah tidak terkendali", katamu.
setelah meneguk kopi terakhir yang dingin, oleh angin dan janji pemimpin.
setelah meneguk kopi terakhir yang dingin, oleh angin dan janji pemimpin.
Lalu, kau tertawa.
"Apa yang membuatmu tertawa". Sambil kutatap matamu yang penuh rahasia, itu.
Kau benar, dunia sudah chaos.
Kita buta fakta
Lebih percaya angka dan katanya.
Kita krisis nurani
Lebih penting permainan elit negeri.
Kita buta fakta
Lebih percaya angka dan katanya.
Kita krisis nurani
Lebih penting permainan elit negeri.
Diam. Hening
Dingin.
Aku kembali menatapmu, dalam. dalam sekali.
Dingin.
Aku kembali menatapmu, dalam. dalam sekali.
"Sayang, apakabar buruh hari ini ya?"
"Bagaimana para petani?"
"Apakah tanah kita akan berubah menjadi aspal dan ditanami beton? Lagi."
"Bagaimana para petani?"
"Apakah tanah kita akan berubah menjadi aspal dan ditanami beton? Lagi."
Pandemi tak lagi menakutkan
yang menakutkan adalah virus oligarki, menyebar keseluruh tubuh bangsa ini.
yang menakutkan adalah virus oligarki, menyebar keseluruh tubuh bangsa ini.
"Bagaimana bisa kita kekurangan air dan harus membeli, sedang air melimpah dari Sabang sampai Merauke." Kataku.
"Dunia yang sakit, dunia yang rapuh. Terlebih negeri ini." Singkatmu.
Sayang, aku teringat sebuah sajak dari Huesca;
"Ada sebuah kisah
Kejahatan yang sempurna
Kebusukan dibungkus rapi dalam kitab para gergasi.
mungkin ini gunanya, sejak waktu lalu, penjaga dipaksa membisu.
tinta-tinta kering. kertas lusuh.
upacara kematian berjalan syahdu."
Kejahatan yang sempurna
Kebusukan dibungkus rapi dalam kitab para gergasi.
mungkin ini gunanya, sejak waktu lalu, penjaga dipaksa membisu.
tinta-tinta kering. kertas lusuh.
upacara kematian berjalan syahdu."
Oh, Sayang
Negeriku yang malang.
Kematian demokrasi telah mewarta ke penjuru kota
Puing-puing reformasi runtuh ditangan penguasa
Kemarin, hari ini, malam ini dan esok, negara kita tak lagi sama.
Pancasila tinggal simbol dan nama.
Negeriku yang malang.
Kematian demokrasi telah mewarta ke penjuru kota
Puing-puing reformasi runtuh ditangan penguasa
Kemarin, hari ini, malam ini dan esok, negara kita tak lagi sama.
Pancasila tinggal simbol dan nama.
Malam yang gelap,
bawakan aku sebuah utopia negara yang aman.
Barangkali, dalam bentuk yang lain. tak apa.
bawakan aku sebuah utopia negara yang aman.
Barangkali, dalam bentuk yang lain. tak apa.
Sayang, tidurlah di bawah mimpi-mimpi pendahulu
Hiruplah aroma keringat darah
Selimuti dengan duka rakyat jelata
Mari kita sudahi saling percaya,
pada mereka yang berkuasa.
Hiruplah aroma keringat darah
Selimuti dengan duka rakyat jelata
Mari kita sudahi saling percaya,
pada mereka yang berkuasa.
Cirebon, 05 Oktober 2020.
Comments
Post a Comment